oleh

Kilas Balik Perjalanan Hidup Mahyudin Hingga Menjadi Wakil Rakyat

-Berita-281 Dilihat
banner 468x60

READPOST.ID – PENAJAM – Hidup adalah perjalanan penuh liku, dengan jatuh dan bangun sebagai bagian dari takdir. Kisah perjuangan Mahyudin, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Penajam Paser Utara (PPU) periode 2024–2029, menjadi cerminan nyata dari filosofi itu. Ia bukan berasal dari keluarga berada, namun semangatnya ditempa oleh keterbatasan hingga membawanya ke puncak pengabdian.
Lahir pada 27 Oktober 1978 di Penajam, Mahyudin menghabiskan masa kecilnya di sebuah rumah sederhana. Kala itu, listrik masih langka. Setiap malam, ia dan teman-temannya berkumpul di depan kawasan perusahaan migas chevron yang terang benderang. Di sanalah ia pertama kali belajar bersosialisasi dan berinteraksi, sebuah bekal berharga di kemudian hari.
Orang tuanya, Paruba dan Murni, adalah perantau gigih yang berjualan minyak. Dari mereka, Mahyudin belajar arti kemandirian dan kerja keras. “Kalau mau sesuatu ya harus diusahakan. Beda dengan anak sekarang yang tinggal minta,” ujar Mahyudin.
Perjalanan pendidikan Mahyudin tidak mulus. Kecelakaan di bangku SMP membuatnya butuh lima tahun untuk lulus. Setelah ayahnya wafat, kondisi ekonomi keluarga kian terpuruk. Utang menjadi bagian dari rutinitas harian hanya untuk memenuhi kebutuhan makan. Momen terberat baginya adalah saat harus berutang demi sesuap nasi.
“Momen paling membekas itu ketika makan pun harus ngutang. Dari situ saya belajar betul arti memperjuangkan hidup,” katanya.
Untuk bertahan, Mahyudin sempat menjadi buruh perkebunan dan kuli bangunan. Namun, ia tak pernah berhenti mengejar pendidikan. Dengan mengambil Paket C pada tahun 1999, ia menyadari bahwa ijazah dan keterampilan adalah dua hal penting.
“Kadang kerja itu butuh ijazah, kadang skill. Kalau enggak punya dua-duanya, kita pasti kesulitan,” tuturnya.
Titik balik hidupnya datang saat ia belajar komputer. Keahliannya mengoperasikan program seperti Word dan Excel, yang saat itu masih jarang, membawanya menjadi staf administrasi di sebuah partai politik dengan honor Rp 300.000 per bulan. Dari sini, ia mulai membangun jaringan dan terlibat dalam dunia politik, membantu berbagai kampanye.
Bangkit dari Kerugian dan Menjadi Caleg
Setelah berkarier di politik, Mahyudin mulai merintis bisnis kontraktor pada 2009. Sempat maju pesat, usahanya mengalami kerugian besar pada 2022. Utang menumpuk, proyek mandek, dan hasil pemeriksaan BPK menambah beban.
“Saya benar-benar jatuh. Utang ke tukang, material, bahkan ke pemerintah. Posisi saya waktu itu minus besar,” ungkapnya.
Di tengah keterpurukan itu, tawaran untuk maju sebagai calon legislatif (caleg) pada Pemilu 2024 datang. Awalnya, ia menolak. Secara logika, lebih bijak menggunakan uang untuk melunasi utang daripada untuk kampanye. Namun, dorongan dari sahabatnya, termasuk Hasrul yang saat itu Ketua HIPMI, membangkitkan kembali semangatnya.
Dengan keyakinan dan pengalaman bertahun-tahun berinteraksi dengan masyarakat, Mahyudin akhirnya turun ke lapangan hanya tiga minggu menjelang pencoblosan. Ia tak punya tim besar, hanya mengandalkan insting dan pengamatan.
“Saya masih bisa membaca pergerakan teman-teman. Keyakinan saya, saya yang menang. Walau tidak ada bukti, hati saya bilang begitu,” katanya
Pengabdian Setelah Keterpurukan
Keyakinan itu terbukti. Mahyudin berhasil terpilih sebagai anggota DPRD PPU. Dari seorang kuli bangunan, kontraktor yang bangkrut, hingga kini duduk di kursi parlemen, perjalanannya adalah bukti nyata bahwa takdir selalu punya jalan.
“Rezeki itu sudah diatur. Usaha kita juga bagian dari takdir. Kalau memang tidak ditakdirkan, sebesar apapun usaha kita tidak akan dapat,” ucapnya.
Kini, sebagai wakil rakyat, Mahyudin menekankan pentingnya amanah. Baginya, gaji yang ia terima adalah titipan dari masyarakat yang harus dikembalikan dalam bentuk pengabdian nyata. Ia menyadari bahwa masyarakat saat ini lebih pragmatis, menilai politisi bukan hanya dari figur, tetapi dari apa yang telah mereka perbuat.
“Sekarang banyak yang pragmatis. Tidak lagi lihat figur atau sosok, tapi apa yang dia buat,” jelasnya.
Mahyudin mendefinisikan kesuksesan bukan saat ia duduk di kursi DPRD, melainkan saat ia berhasil bangkit dari titik terendah. Ia bersyukur bisa melewati masa-masa sulit dan kini mengabdi untuk masyarakat.
“Dari seorang anak yang harus berutang demi makan, buruh kasar, kontraktor yang bangkrut, hingga kini menjadi politisi yang dipercaya, Mahyudin adalah gambaran nyata bahwa keterbatasan bukanlah akhir,” tutupnya.(*lov)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *